Minggu, 20 April 2014

JR UCEO T100 Minggu Ke-6 " Global Opportunities "

JR ( Jurnal Refleksi ) UCEO T100 Minggu Ke-6 " Global Opportunities "

Pada minggu ke-6 atau minggu terakhir pembelajaran online UCEO T100 membahas tentang "Global Opportunities", yang disampaikan oleh Ciputra, Sudhamek AWS, Inge Gunawan, Nur Agustinus.

1. Ciputra (Membangun Bisnis Global)
Brand lokal yang ingin bersaing dengan brand luar negeri, maka brand tersebut harus menjadi leader dulu di dalam negeri, menjdi brand image dalam negeri, menjadi ikon dalam negeri, maka itu bisa menjadi referensi yang paling baik.

2. Sudhamek AWS ( From Success To Significant )
Seperti yang dikatakan oleh Schumpeter  bahwa satu negara itu ekonominya akan maju bila dilahirkan entrepreneur-entrepreneur dan dibangunnya sebuah sistem yang bisa mendorong terjadinya kreatifitas dan inovasi serta inovasi itu sendiri.  Inovasi adalah kunci utama dalam bisnis apapun yan pada akhirnya untuk bisa bukan hanya survive tetapi menjadi pemenang dalam jangka panjang.

Inovasi itu bisa dari dalam maupun dari luar, bisa karena karya pemikiran dari seseorang bisa juga karena output dari bekerjanya sebuah sistem.  Artinya untuk melakukan inovasi itu perlu dibangun sebuah sistem sehingga bisa terdorong lahirnya inovasi tadi.  

Menurut pengalaman Sudhamek AWS, inovasi itu formula dari invention plus commercialization, artinya ada temuan-temuan dan temuan itu bisa menjadi komersil.  Penemuan baru yang tidak mempunyai nilai lebih, sehingga tidak bisa dikomersilkan berarti bukan inovasi.

Yang namanya inovasi itu adalah prosesnya.  Dimulai dari ideation, dari ideation keluarlah creativity, dan creativity itulah diwujudkan dengan outcome tertentu atau output tertentu disitulah akan terjadi innovation yang ketiga.  

Innovation itu bisa dilihat, dalam arti produk innovation proses pun itu juga sebuah inovasi.  Termasuk strategi, strategi itu adalah innovation yang paling impactfull. Innovation dalam strategi itulah yang akan berdampak paling besar, bahkan lebih besar dari produk innovation.

Rumus kebahagiaan yaitu total possesion dibagi desire, itulah happiness.  Apa yang dimiliki dibagi apa yang diinginkan. Jika yang dimiliki dalam jumlah tertentu dibagi keinginan yang lebih besar, maka kebahagiaan itu menurun. Namun sebaliknya, bila yang dimiliki itu dalam jumlah tertentu dan dibagi dengan keinginan yang sedikit,dikendalikan, maka kebahagiaan itu akan naik. 

Bisnis itu tujuan akhirnya bukan untuk mencari profit, bisnis itu hanya sekedr sarana untuk mengisi kehidupan kita supaya lebih bermakna, itu yang sering dikatakan oleh Sudhamek AWS, from success tosignificant, dari keberhasilan menuju ke bermaknaan dan kita baru sekali lagi mengatakan menuju kebermaknaan kalau memang bisnis yang kita bangun itu harus berfaedah untuk banyak orang.  Dan sekali saja anda memiliki motivasi yang mulia seperti itu, maka energi akan mengalir, dengan sendirinya anda tidak akan merasa lelah atau kelelahan didalam membangun bisnis, mengembangkan bisnis bukan karena keserakahan, bukan karena ingin mengejar profit, bukan karena ingin menjadi monopolistik, tapi karena ada tujuan-tujuan yang lebih mulia yang ingin dihasilkan.  Kalau seperti itu dijamin, orang pasti akan lebih bahagia. Seorang entrepreneur harus mempunyai nilai-nila luhur seperti itu.  Itu yang membedakan entrepreneur dengan seorang saudagar pedagang semata-mata.

3. Inge Gunawan (Global Entrepreneurship & Scale-up Business )
Untuk bisa masuk ke pangsa pasar global dapat dilakukan dengan 3 cara sebagai berikut :
a. Mencapai globalisasi dengan ekspor
Sekarang ini dengan adanya website, facebook atau segala sesuatu perkembangan internet memudah kan orang untuk menjual barang, melakukan pembayaran secara onlin, mengembalikan barang bila tidak sesuai permintaan.  Selain itu juga sudah mulai disediakan adanya sistem ekspor secara LCL, kontainer ataupun meminjam nama perusahaan lain yang sudah bergerak dibidang tertentu.  

b. Selling to multinational company.
Artinya kita memiliki kriteria tertentu untuk memasukkan barang atau produk ke multi nasional company.  

c. Franchise

Dari ketiga hal tersebut, kita bisa memasuki pasar global. Entah dengan ekspor atau selling to multinational company atau franchise.  Mengembangkan bisnis dengan effectuation principles itu akan mempermudah pengembangan bisnis.

3. Nur Agustinus ( Manajemen Perubahan )
Setiap pertumbuhan itu ditentukan biasanya paling mudah dengan melalui angka  atau market share.  Pertumbuhan yang biasa itu pertumbuhannya per tahun hanya 5% - 10% saja. Seperti yang dikatakan oleh Sandiaga Uno bahwa pertumbuhan juga membutuhkan perubahan dari model bisnis.  Albert Einstein pernah berkata kalau kita menginginkan hal yang berbeda namun melakukan hal yang sama, itu artinya sebuah kegilaan.

Kalau kita mau berubah, ada tiga tahapan yang harus kita lakukan.
1. Anda harus tahu dimana Anda berada saat ini.
Ini penting, karena kita harus tahu startnya dimana.
2. Harus bisa mendefinisikan atau menentukan tempat yang ingin kita tuju.
Tanpa kita bisa menentukan kemana harus pergi, maka kita juga tidak akan tahu bagaimana, apa dan sebagainya tentang tujuan kita.
3. Untuk bisa sampai ke tempat yang kita tuju, kita membutuhkan apa saja.  Hal-hal apa yang kita butuhkan untuk bisa sampai ke sana.

Kurt Lewin dalam teorinya tentang perubahan organisasi ada tiga tahap dalam perubahan, yaitu :
1. Melakukan unfreze.
Artinya semacam perusahaan yang beku, itu harus dicairkan kembali. Setelah dicairkan, lalu melakukan perubahan. Setelah melakukan perubahan, lalu refreze.  
Perubahan yang dilakukan biasanya dalam tiga hal, yaitu perubahan dalam hal isi.  Isi ini menyangkut struktur perusahaan, strategi perusahaan, proses bisnisnya, teknologinya, budayanya,  mungkin juga perubahan dalam hal produk dan jasa yang diberikan.

Perubahan yang kedua yaitu dibidang manusianya.  Yaitu bagaimana kita membuat orang-orang dalam organisasi ini menjadi lebih berinisiatif, lebih berusaha lebih baik lagi, dalam artian perilakunya, dinamika budayanya ini yang diubah. Perubahan-perubahan itu bisa dilakukan, misalnya apabila kita ingin membuat budaya yang lebih entrepeneurial, maka dilakukan dengan memasang artefak-artefak atau semacam gambar-gambar yang ditempel di perusahaan, tulisan-tulisan yang memotivasi.

Perubahan dalam hal proses.  Yaitu bagaimana kita membuat perencanaan, bagaimana kita mendesain, atau mengimplementasi pekerjaan.

Dari ketiga hal perubahan tadi, sebenarnya perubahan pada manusia yang paling sulit.  Karena mengelola manusia itu tidak mudah.  Ada tujuh hambatan yang bisa membuat perubahan itu sulit untuk dilakukan, yaitu : 
1. Sikap tidak peduli atau semacam mengabaikan atau mungkin "saya tidak tahu", 
2. Penolakan atau rejection "saya tidak butuh"
3. "Saya tidak bisa"
4. Pesimis. Ketika perusahaan mengharapkan staffnya melakukan sesuatu untuk tujuan yang lebih baik, mereka mengatakan"tidak bisa" atau pesimis. "Ini tidak mungkin berhasil"
5. Merasa keberatan atau complicated
6. Apatis. 
7. "Paling-paling untungnya bukan buat kita, buat orang lain, buat  pemilik".

Sehubungan dengan hambatan ini, Gleicher, Beckhard, dan Harris punya sebuah rumus tentang perubahan.  Rumus disini maksudnya sebuah persamaan, yaitu :
D x V x F > R
D=Disatisfaction (Ketidakpuasan)
V=Vision
F=First step
R=Resistance to change

Kalau ketidakpuasan itu tinggi, lalu vision atau cita-citanya tinggi, dan mau melakukan langkah pertama, maka kalau semua itu lebih besar dari hambatan yang dimiliki, orang itu akan berubah.
Kalau D, V, F nya lebih kecil dari R, misalnya merasa dalam zona nyaman, merasa puas, tidak punya visi artinya mengalir seperti aliran air, santai-santai saja, dan tidak pernah mau melakukan langkah pertama, maka dia tidak akan berubah.

Kita harus bisa membuat dalam organisasi kita bahwa ada visi yang besar.  Ada dream atau mimpi yang sangat besar yang membuat dia bisa mengalahkan hambatan dalam dirinya.  

Menurut teori yan dikembangkan oleh John P. Kotter yang membuat buku yang berjudul Leading Change dan The Heart Of Change.  Ada delapan langkah yang perlu dilakukan supaya sebuah perusahaan bisa berhasil, yaitu ;

1. Membangun urgency.  
Artinya kita harus membuat orang-orang di dalam perusahaan itu yakin bahwa memang perlu ada perubahan.  Langkah pertama ini sangat penting, karena tanpa adanya rasa bahwa ini benar-benar penting, jelas orang susah untuk diajak berubah.  

2. Membentuk koalisi pimpinan yang kuat.
Dalam perusahaan ada beberapa bagian, misalnya bagian operasional, bagian yang mengerjakan bisnisnya.  Pemimpin di tiap-tiap bagian itu harus bisa diajak koalisi karena seringkali dalam prakteknya antara bagian-bagian ini belum tentu bisa berjalan bersama karena biasanya di bagian marketing selalu memberikan order-order yang banyak, sementara bagian produksinya kewalahan.  Jadi kadang-kadang dala perjalanannya mungkin tiba-tiba mereka tidak bisa saling bersinergi dengan baik.  Ini harus bisa diciptakan sebuah keadaan dimana para pemimpin ini bisa bersatu, bisa berkoalisi dengan kuat.

3. Menciptakan visi.

4. Mengkomunikasikan visi.
Visi harus benar-benar dibuat memberikan gambaran tentang tujuan yang ingin dicapai.  

5. Memberdayakan orang lain untuk bertindak sesuai visi.  Maksudnya adalah kalau memang ada orang yang dirasa belum optimal, ini harus segera dioptimalkan.  Memang perlu ada tim yang kita sebut dengan agent of change.  Jadi tim ini yang mengatur supaya membentuk urgency, mengatur supaya mengkoordinir pemimpin agar menjadi koalisi yang kuat, menciptakan visi, mengkomunikasikan visi, termasuk memberdayakan orang-orang yang ada.

6. Mencatat atau menghasilkan kemenangan-kemenangan jangka pendek.  
Prestasi-prestasi yang diraih dalam proses itu harus dicatat. Supaya orang-orang yang ikut dalam perubahan ini tahu. "O,iya. Saya sudah mencapai ini, saya berhasil membuat prestasi ini".  Kemenangan-kemenangan jangka pendek ini harus diciptakan, artinya harus dihasilkan supaya orang bisa merasakan perubahan.

7. Mengkonsolidasikan perbaikan dan menghasilkan lebih banyak perubahan.  Jadi kalau kita sudah mempunyai kemenangan-kemenangan jangka pendek, maka semua itu kita dorong sebagai sebuah langkah perbaikan, plus menambahkan tujuan-tujuan untuk perubahan lebih banyak lagi.  

8. Melembagakan pendekatan yang baru tersebut.  
Kita membentuk, melembagakan suatu budaya yang baru, yaitu budaya yang sudah merupakan perubahan.  

salam entrepreneur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar