Minggu, 20 April 2014

Minggu 5 -T100 ( Mengelola resiko )


Minggu 5 -T100 ( Mengelola resiko )

Refleksi minggu ke -5 Risk Management
Perlu diketahui bahwa seorang Entrepreneur sejati adalah seseorang yang tahu bagaimana menghadapi, mengelola resiko daripada tidak mau menghadapinya, karena pada akhirnya semakin besar skala sebuah bisnis, maka semakin besar pula resikonya. Dengan kata lain, tidak ada pencapaian yang besar yang tidak dihadapkan pada resiko. Namun, dalam menghadapi resiko tersebut haruslah dengan pertimbangan yang matang melalui resiko yang terukur (calculated risk). Adapun mengelola resiko ada kiat – kiat atau strateginya tersendiri.
Pada kesempatan ini, penulis akan menjabarkan jenis – jenis resiko yang bisa muncul, lantas diikuti strategi – strategi yang bisa diambil dalam mengelola resiko tersebut.
Resiko adalah suatu kerugian yang tidak kita harapkan sama sekali, penyimpangan dari apa yang kita harapkan, dan suatu keadaan yang tidak menguntungkan kita. Dalam berbisnis sering kali kita berinvestasi dalam suatu usaha, namun pada prakteknya bisnis tersebut tidak jalan dan merugi, ini merupakan salah satu contoh resiko.
Adapun untuk lebih mengenal pengertian resiko, dapat dijabarkan lagi ke beberapa jenis:
1. Resiko murni.

Adalah suatu resiko dimana kemungkinan kerugian itu pasti ada, namun keuntungan dibalik resiko tersebut tidak ada. Sebagai contoh adalah kebakaran gedung usaha. Resiko kebakaran gedung usaha adalah sebuah resiko yang bisa muncul dalam berbisnis, dan mutlak menimbulkan kerugian dan tidak menghasilkan keuntungan.
Resiko murni dapat dibagi menjadi 3, yakni resiko terhadap:
- Asset fisik. Adanya resiko terhadap asset fisik sebuah bisnis, misalnya kebakaran gedung, atau rusaknya mesin pabrik yang disebabkan arus listrik.
- Karyawan. Adalah segala resiko terhadap karyawan yang dapat muncul dalam operasional sebuah usaha, misalkan terpeleset di tempat kerja.
- Legal (kontrak). Resiko yang dapat muncul akibat ketidakmampuan perusahaan dalam menyanggupi perjanjian yang bersifat legal. Contohnya adalah ketidakmampuan perusahaan untuk menyanggupi kontrak usaha yang telah dibuat di awal perjanjian.
2. Resiko Spekulatif.
Adalah sebuah resiko kerugian yang mungkin muncul dalam suatu usaha, namun dibalik resiko tersebut mengandung peluang yang dapat menghasilkan keuntungan. Contoh daripada resiko spekulatif adalah bisnis valuta asing. Pedagang A merasa bahwa kondisi ekonomi Indonesia membaik, dan menukarkan rupiah dengan US dollar dengan harapan mendapatkan nilai tukar yang lebih banyak, dan menjualnya ketika harga fluktuatif. Berselang beberapa saat, ternyata Rupiah kembali menguat dan nilai dollar yang pedagang A pegang menjadi lebih kecil terhadap rupiah (merugi). Ini adalah sebuah contoh, si Pedagang A berspekulasi dengan melakukan perdagangan mata uang, dengan harapan besar mendapatkan profit dari selisih nilai tukar mata uang tersebut, namun ia harus menanggung resiko karena apa yang ia perkirakan nilai tukar mata uang dapat memberikan dia keuntungan, malah memberikan dia sebaliknya.
Adapun Resiko spekulatif dapat dijabarkan menjadi beberapa:
- Resiko Pasar. Yakni sebuah resiko yang muncul karena kualitas / pergerakan harga pasar. Contohnya adalah berubah naiknya harga minyak dunia akan berpengaruh pada biaya operasional sebuah pabrik yang bisa menyebabkan resiko merugi.
- Resiko kredit. Adalah resiko yang disebabkan oleh macetnya piutang yang akan kita dapat akibat ketidakmampuan pelanggan untuk membayar.
- Resiko Likuiditas / Perputaran. Adalah sebuah resiko dimana ketika perusahaan tidak bisa memenuhi kebutuhan arus kas. Contohnya ketika adanya gangguan pasar, karena faktor ekonomi external sehingga daya beli masyarakat menurun, sedangkan barang di gudang masih banyak, dan perusahaan tersebut tidak dapat menjualnya.
- Resiko Operasional. Yakni sebuah resiko yang bisa terjadi dalam operasional sebuah perusahaan sehingga menimbulkan kerugian. Contohnya adalah sebuah mini market yang kasirnya menggunakan serba komputerisasi, ketika system komputer rusak, maka perusahaan itu tidak dapat melakukan administrasi sesuai prosedur, sehingga menimbulkan kerugian.
3. Resiko Statis. Adalah sebuah resiko yang muncul karena berubahnya kondisi keseimbangan tertentu. Contohnya ketika hujan deras berpetir, ketika petir menyambar akan memberikan resiko yang lebih tinggi bagi orang yang berdiri di tempat terbuka dan di ketinggian.
4. Resiko Dinamis. Yakni resiko yang mungkin terjadi akibat perubahan kondisi tertentu. Contohnya adalah perubahan kondisi ekonomi Indonesia yang menurun akan berpengaruh terhadap lesunya pemasaran sebuah usaha.
5. Resiko Objektif. Adalah sebuah resiko yang diindentifikasi sebelumnya dan melalui analisa dan observasi yang objektif. Contohnya adalah, ketika anda hendak menjalankan sebuah bisnis, anda sudah tahu kemungkinan di bidang apa sajakah yang bisa membuat bisnis tersebut merugi, dan anda terlah memperhitungkannya.
6. Resiko Subjektif. Adalah sebuah resiko yang anda analisa bisa menimbulkan kerugian, namun tidak melalui proses observasi yang objektif. Jadi penilaian resiko didasarkan pada penilaian anda semata.
Tahapan dalam mengatur / memanage resiko.
Setelah mengenal apa itu resiko, dan jenis – jenisnya, maka terdapat tahapan – tahapan lagi untuk bagaimana menghandle resiko. Adapun tahapannya:
1. Mengidentifikasi resiko. Yakni sebuah proses pengidentifikasian, atau penelitian apakah ada kecenderungan timbulnya resiko. Misalkan dalam bidang perbankan, adakah kecenderungan piutang macet terhadap pinjaman yang diberikan kepada pelanggan. Hal ini harus diidentifikasi terlebih dahulu sebelum memberikan pinjaman.
2. Evaluasi atau Mengukur resiko. Yakni
- Mengukur tingkat kemungkinan terjadinya resiko
- Menimbang besar kecilnya resiko yang mungkin muncul
- Mengukur dampak resiko terhadap organisasi secara keseluruhan
- Menentukan prioritas terjadinya resiko
3. Mengelola resiko .
Setelah mengetahui kemungkinan – kemungkinan adanya resiko, maka ada 6 strategi yang bisa diambil untuk mengelolanya:
- Menghindari resiko. Ibarat sebuah bisnis, apabila kita ragu apakah akan memberi keuntungan / tidak, maka sebaiknya tidak membukanya. Cara ini tidak disarankan untuk seorang entrepreneur.
- Menahan resiko. Yakni mengetahui adanya resiko, namun tetap menjalankannya dan tetap berjalan. Ibarat sopir mobil yang tetap memacu kendaraan walaupun resiko kecelakaan di jalan ada.
- Diversifikasi. Seperti yang diajarkan Bapak Ciputra, diversifikasi usaha mall dan property untuk menghindari resiko di suatu bidang apabila terjadi penurunan kinerja. Contoh lainnya adalah seorang pegawai swasta yang sambilan berjualan makanan di hari ia tidak bekerja untuk mendapatkan income lain.
- Transfer Resiko. Contohnya adalah asuransi. Untuk mentransfer resiko kebakaran terhadap gedung usaha, seorang pemiliki bisnis dapat mengikuti program perlindungan asuransi, sehingga perusahaan asuransilah yang akan membantu menanggung resiko.
- Risk Control. Yakni tindakan pencegahan sebelum resiko terjadi. Sebagai contoh,usaha restaurant outdor menyediakan payung di halamannya agar ketika musim hujan tiba, restaurant tersebut bisa tetap menjalankan operasionalnya.
- Pendanaan. Yakni secara mental dan finansial siap menghadapi resiko terjadinya resiko. Jadi pemilik bisnis telah menyisihkan sebagian keuntungan untuk dialokasikan sebagai cadangan apabila terjadi sebuah resiko. Secara mental ia siap dan resiko telah diperhitungkan.
Meningkatkan Profit untuk mengembangkan Usaha.
Ada 3 hal yang sangat mengkontribusi usaha kita, yakni:
1. Network atau jaringan. ( contohnya terhadap supplier, customer, shareholder).
2. Modal atau dana (ketersediaan dana lebih memudahkan sebuah usaha untuk berekspansi).
3. Penggunaan Teknologi , untuk mempermudahkan operasional dan effesiensi dalam pekerjaan.
Dengan adanya 3 hal tersebut diatas, memberikan kita fundamental untuk menjalankan usaha dan berkembang, namun tidak lupa bahwa untuk dapat bertahan dan berkembang, sebuah usaha haruslah menghasilkan profit atau keuntungan yang cukup.
Profit sendiri berarti pendapatan yang didapat, yang dihasilkan dari pemasukan dikurangi oleh biaya beban / modal. Adapun, pada dasarnya ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keuntungan, yakni dengan cara:
1. Menaikkan harga jual sehingga mendapat keuntungan lebih banyak.
2. Melakukan penghematan / effisiensi kerja. Contohnya seperti melakukan pemangkasan biaya produksi dalam suatu pabrik, atau menemukan supplier yang memiliki harga bersaing sehingga laba usaha menjadi lebih banyak.
3. Menjual lebih banyak, sehingga meningkatkan omzet penjualan, yang berbanding lurus dengan profit yang didapat.
Secara strategi, ada 3 cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan atau omzet usaha:
1. Memperbanyak jumlah pelanggan. Mengingkatkan jumlah pelanggan dari 10 ke 100, dari 100 ke 200 dan seterusnya. Karena pendapatan berbanding lurus dengan banyaknya customer dalam sebuah bisnis.
2. Meningkatkan frekuesi pembelian. Contohnya adalah program sticker di salah satu mini mart nasional. Setiap pembelian RP 25000,- akan mendapatkan 1 sticker. Dan apabila terkumpul 10 sticker berkesempatan untuk ditukarkan hadiah langsung. Cara ini menarik pelanggan untuk lebih sering mampir, dan berbelanja di mini mart tersebut.
3. Merangsang pelanggan agar belanja lebih banyak lagi. Merangsang pelanggan untuk mampir kembali dan membeli lebih sering. Contohnya adalah menambah banyaknya item dagangan sehingga pelanggan lebih sering membeli, karena ketersediaanya item yang dulunya tidak ada.
Namun, dalam melakukan ekspansi usaha, masih ada beberapa hal lagi yang perlu diperhatikan sebagai pelaku bisnis, yakni:
1. Peningkatan kapasitas usaha. Semakin berkembangnya suatu usaha, maka perlu didukung oleh kapasitas yang memadai. Contohnya adalah rumah makan, seiring bertambahnya pelanggan dari sebuah rumah makan, maka perlu dilakukan penambahan kapasitas, seperti bertambahnya kompor dan koki untuk memasak, serta perlu didukung dengan bertambahnya meja dan kursi di meja makan. Karena apabila tidak demikian, maka pelayanan akan terlalu lama, dan memberikan dampak yan kurang baik.
2. Membuat orang lebih banyak membeli. Mungkin dengan melakukan promosi – promosi sehingga menarik pelanggan lebih banyak untuk datang. Misalkan promo barang buy one get one di waktu yang sepi.
3. Upgrade pelanggan yang sudah ada. Misalkan dengan meningkatkan jumlah item atau frekuensi yang dibeli oleh pelanggan. Misalkan biasanya pelanggan membeli 5 item, cobalah untuk membeli 10 item, yang biasanya datang seminggu sekali, dibuat lebih sering, barangkali dengan menambah jumlah item sehingga pelanggan lebih memiliki opsi untuk berbelanja lebih sering.
4. Internal usaha, adalah hal yang cukup penting dalam ekpansi usaha. Yakni, perlunya meningkatkan moral kerja internal karyawan tidak boleh dilupakan. Seringkali karyawan tidak termotivasi dan menimbang untung ruginya bagi mereka, disini peran skill leadership seorang pemimpin yang sangat penting.
5. Buat pilihan usaha yang lebih baik, atau dibidang yang lain. Seperti yang dikatakan oleh bapak Ciputra, melakukan diversifikasi usaha untuk mengembangkan supaya lebih besar.
Verifikasi dan Kesimpulan Mengindentifikasi Peluang dari Pelanggan untuk Bertumbuh bag.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar